Dunia menyambut babak baru dalam sejarah Gereja Katolik Roma dengan terpilihnya Kardinal Robert Francis Prevost sebagai Paus ke-267, menggantikan Paus Fransiskus yang wafat pada 21 April 2025. Dalam konklaf yang berlangsung selama dua hari, Kardinal Prevost resmi terpilih dan memilih nama Paus Leo XIV, menjadi Paus pertama dalam sejarah yang berasal dari Amerika Serikat.
Lahir di Chicago, 14 September 1955, Paus Leo XIV merupakan imam dari Ordo Santo Agustinus (OSA). Sejak ditahbiskan pada 1982, ia mengabdikan hidupnya sebagai misionaris di Peru, mengajar dan memimpin Seminari Agustinus di Trujillo selama hampir dua dekade.
Kariernya kemudian membawanya kembali ke AS sebagai Provinsial Ordo Agustinus di Chicago, sebelum terpilih sebagai Prior Jenderal Ordo Agustinus dari 2001 hingga 2013. Keahliannya dalam kepemimpinan Gereja dan sensitivitas sosial membuatnya dipercaya Paus Fransiskus sebagai Administrator Apostolik dan kemudian Uskup Chiclayo, Peru.
Pada 2023, ia dipercaya mengemban tugas strategis sebagai Prefek Dikasteri untuk Uskup, lembaga yang mengelola penunjukan uskup di seluruh dunia. Dalam posisi ini, ia dikenal karena pendekatan pastoral yang rendah hati dan kemampuan mendengarkan yang dalam, mencerminkan semangat sinodalitas yang diusung Gereja Katolik modern.
Paus Leo XIV dikenal dengan filosofi kepemimpinannya yang menekankan peran gembala, bukan penguasa. Dalam berbagai kesempatan, ia menegaskan bahwa tugas Gereja bukan hanya mengajarkan doktrin, tetapi menghadirkan sukacita dalam mengenal Kristus.
Pemilihan nama “Leo” bukan tanpa makna. Ia mengambil inspirasi dari Paus Leo XIII, yang dikenal dengan ensiklik sosial Rerum Novarum dan kepedulian pada isu-isu ekonomi serta hak buruh. Pilihan ini memperlihatkan arah kepemimpinannya yang tetap berpihak pada keadilan sosial dan martabat manusia.
Dengan latar belakang misionaris, pengalaman lintas benua, serta pemahaman yang kuat terhadap kompleksitas Gereja di berbagai belahan dunia, Paus Leo XIV diharapkan mampu memperkuat Gereja Katolik sebagai lembaga yang inklusif, solider, dan responsif terhadap isu-isu global, seperti krisis migran, perubahan iklim, dan ketidaksetaraan sosial.
Dunia kini menanti arah kebijakan dan sikap pastoralnya, apakah akan melanjutkan reformasi struktural yang dimulai oleh pendahulunya, atau membawa pendekatan baru yang menyegarkan dalam menjawab tantangan zaman.


















